PANDANGAN DUNIA TERHADAP INDONESIA
Perekonomian
Cara pandang
dunia terhadap Indonesia dinilai telah berubah. Pemberian bantuan dana dari
Indonesia kepada dana moneter internasional atau International Monetary Fund
(IMF) sebesar USD 1 miliar, memberi gambaran peran penting Indonesia dalam
upaya memulihkan perekonomian dunia yang masih dihantui krisis keuangan.
Hal tersebut
diungkapkan Menko Perekonomian Hatta Rajasa menanggapi berbagai pandangan dan
penilaian masyarakat atas keputusan pemerintah memberi utang pada IMF.
"Tapi
jangan lupa, cara dunia melihat kita sekarang sudah berbeda, kita sangat
berpengaruh signifikan terhadap dunia. Memang masih banyak persoalan. Kita
sedang bergerak luar biasa. Bahwa peran Indonesia sudah berubah," ungkap
Hatta di Pekanbaru, Sabtu (14/7). Menurut Hatta, pandangan dunia berubah
setelah mengetahui kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini masuk dalam
jajaran negara dengan pertumbuhan yang tinggi.
Dia mengaku
tergelitik menerima banyaknya pesan singkat dari masyarakat yang menanyakan
rencana pemberian pinjaman kepada IMF. Hatta menyebutkan banyak pihak
mengkritik rencana pinjaman yang dinilainya tidak penting. Menurutnya, banyak
hal positif yang lebih penting bisa dilihat dari rencana tersebut.
"Saya
merasa tergelitik, karena di tengah badai dunia dan persoalannya bukan begitu,
memang logis, tapi ada cerita di belakangnya," katanya.
Hatta kembali
menjelaskan bahwa pemberian pinjaman ini menandakan posisi Indonesia sangat
penting di dunia saat ini. Ditengah krisis global yang berkelanjutan, pinjaman
Indonesia bisa digunakan untuk membantu perekonomian dunia yang juga berimbas
untuk kebaikan Indonesia.
Hatta melihat
perlunya pemahaman yang mendalam di masyarakat mengenai hal ini.
"Kegagalan bangsa ini ketika culture tidak berubah mengikuti bangsa, maka
prilaku dan pola pikir masyarakat harus dirubah," ucapnya.
Bersamaan
dengan berlangsungnya Forum Ekonomi Dunia untuk Asia Timur (World Economic Forum on East Asia) di Jakarta tanggal 12-13 Juni
2011 yang lalu, dipublikasikan laporan mengenai tingkat daya saing Indonesia (The Indonesia Competiveness Report)
tahun 2011. Di dalam laporan tersebut, Indonesia dinilai semakin memiliki daya
saing di dunia. Daya siang Indonesia berada di peringkat 44 (dengan nilai 4,43
dari skala 7), dari 139 negara yang disurvey, naik 10 tingkat dari posisi tahun
2005. Indonesia juga dinilai sebagai negara yang paling mengalami kemajuan
diantara negara-negara yang tergabung dalam kelompok G-20.
Dengan peringkat yang sebenarnya sudah pula tercermin
dalam Laporan sebelumnya (edisi September 2010) ini, daya saing Indonesia lebih
baik dari 4 negara berkembang besar yang tergabung dalam kelompok Brics
(Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan). Indonesia hanya kalah dari
China yang berada di peringkat 27. Walaupun, untuk kawasan Asean, dimana
Indonesia tahun ini sebagai ketuanya (’chair’),
posisi Indonesia masih berada di tengah. Peringkat daya saing Indonesia masih
di bawah Singapura (3), Malaysia (26) dan Thailand (38), meski jauh di atas
Vietnam (59), Philipina (85) dan Kamboja (109).
Potret cukup menjanjikan atas prospek ekonomi
Indonesia ini tentunya dari sudut pandang investor/pemilik modal, karena memang
forum internasional yang baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia ini,
merupakan ajang pertemuan antara pebisnis global dengan para pejabat negara
yang memerlukan dana untuk pembiayaan investasi pembangunan ekonominya.
Sebelumnya, forum semacam ini diselenggarakan di Vietnam, sementara tahun depan
di Bangkok, Thailand.
Penilaian
atas Indonesia oleh World Economic Forum (WEF) ini sejalan dengan
penilaian yang diberikan oleh beberapa lembaga internasional, termasuk lembaga
pemeringkat (rating agency). Tiga lembaga pemeringkat terkemuka, Fitch,
S&P dan Moody’s sudah menempatkan peringkat investasi
Indonesia satu tingkat (notch) di bawah investment grade.
Banyak kalangan menilai tinggal tunggu waktu untuk secara ‘de jure‘
masuk kategori investment grade. Bahkan, lembaga pemeringkat dari
Jepang, Japan Credit rating Agency (JCRA), sejak Juli tahun 2010 lalu,
sudah memasukkan Indonesia ke dalam kelas investment grade. Peringkat
yang disandang Indonesia sebelum dihantam krisis moneter tahun 1998 yang lalu.
Namun demikian, JCRA sejauh ini belum menjadi rujukan utama bagi investor di
pasar keuangan internasional.
Yang pasti,
Indonesia memang tengah menjadi sorotan dan tujuan para pemiliki modal global
yang tengah kehilangan kesempatan setelah kawasan Eropa dan Amerika mengalami
krisis ekonomi. Jadi, jangan sampai hanya sekedar menjadi ajang mencari keuntungan
dan menjadi pasar semata. Harus pintar-pintar memanfaatkan kesempatan untuk
‘menguasai’ dan menggunakan potensi pembiayaan dari luar ini, untuk membangun
dengan cara yang lebih adil dan merata. Paling tidak, agar bisa menghasilkan
‘pondasi’ yang lebih kokoh seperti layaknya Brazil di bawah kepemimpinan
presiden Lula. Tokoh yang sejauh ini dinilai mampu membangkitkan ‘harga diri’
Brazil dan mampu menterjemahkan nilai-nilai demokrasi ke dalam manfaat yang
lebih nyata bagi masyarakat.
Militer
Proses modernisasi
militer Indonesia yang sudah dijalankan sejak tahun 2004 sampai saat ini sudah
menunjukkan peningkatan kekuatan militer Indonesia. Hal ini merupakan buah dari
komitmen pemerintah Indonesia yang tidak ingin harga diri bangsa Indonesia
dilecehkan oleh negara lain. Dan komitment ini meski belum berjalan sempurna
sudah berada pada jalur yang cukup tepat untuk membawa perubahan berarti di
kekuatan militer Indonesia.
Jika dulu sebelum tahun 2004, kondisi militer Indonesia sangatlah memprihatinkan karena kebanyakan alutsista TNI sudah dalam kondisi tua dan sudah memerlukan peremajaan segera. Keadaan semakin parah ketika tahun 1999-2005 militer Indonesia menerima sanksi embargo dari Amerika dan sekutunya yang membuat banyak sekali alutsista TNI akhirnya mangkrak karena kekurangan suku cadang.
Pesawat tempur Indonesia adalah salah satu yang paling parah ketika embaro militer Indonesia pada tahun 1999-2005 tersebut. Ketika itu, pesawat tempur Indonesia yang kebanyakan adalah buatan Amerika tidak bisa terbang karena tidak adanya suku cadang. Pesawat tempur F-16 Falcon hanya beberapa unit yang bisa terbang, itupun dengan mengorbankan pesawat F-16 lain untuk ‘dikanibalisasi’ untuk diambil bagiannya dan dijadikan sparepart bagi pesawat F-16 yang masih bisa terbang.
Pesawat tempur lain seperti F-5 yang juga buatan Amerika juga mengalami nasib yang tidak jauh beda. Praktis pesawat tempur andalan Indonesia ketika itu hanyalah 2 skuadron Hawk-109/209 yang baru tiba dari Inggris. Pesawat tempur Hawk-109/209 ini bahkan pernah hampir bentrok dengan pesawat tempur F/A-18 Hornet milik Australia yang memprovokasi Indonesia.
Kapal perang Indonesia juga mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Sehingga bisa disebut ketika masa embargo militer Indonesia tahun 1999-2005 itu adalah salah satu masa paling kelam bagi kekuatan militer Indonesia. Dan ketika itu pula negara tetangga ada yang mencuri kesempatan untuk ‘mengganggu’ kedaulatan Indonesia.
Kekuatan Militer Indonesia 2015 Mulai Diperhitungkan Dunia
Belajar
dari kondisi memprihatinkan tersebut, pemerintah sudah menunjukkan komitment
yang kuat untuk menambah kekuatan militer Indonesia secara significan. Meski
masih jauh dari kekuatan militer Indonesia yang ideal, perubahan ini jelas
memberikan angin segar sehingga tidak lagi diremehkan negara lain.
Tercatat ada banyak sekali alutsista TNI baru yang didatangkan untuk menambah kekuatan militer Indonesia sampai dengan tahun 2015 ini. Pesawat tempur Indonesia akan ditambah dengan 2 skuadron F-16 setara Block 52 dari Amerika dan sebentar lagi pengganti pesawat tempur F-5 Tiger II juga akan segera diumumkan. Kapal perang Indonesia juga banyak mengalami penambahan dan peremajaan, sebut saja 3 unit Kapal Perang Bung Tomo Class dari Inggris dan Kapal Perang PKR Sigma-10514 dari Belanda.
Kapal selam Indonesia juga mengalami penambahan dengan dipesannya 3 unit kapal selam DSME-209 dari Korea Selatan. Bahkan ada indikasi kuat, kapal selam Indonesia akan kembali ditambah di tahun 2020 mendatang. Selain alutsista TNI, kekuatan militer Indonesia juga akan ditambah dengan perampingan birokrasi dan pembentukan komando gabungan militer yang akan membuat rantai komando militer Indonesia semakin bagus.
Semua hal ini akan membuat kekuatan militer Indonesia semakin disegani di mata dunia. Meski belum terlalu menakutkan, setidaknya kekuatan militer Indonesia 2015 ini akan membuat negara lain menjadi lebih hormat dan tidak akan sembarangan lagi mengganggu kedaluatan Indonesia. Semoga saja kekuatan militer Indonesia ini akan terus ditambah oleh pemerintah, sehingga semakin disegani di mata dunia.
Pariwisata
Indonesia peringkat 70 dalam
daya saing pariwisata global menurut World Economic Forum (WEF) pada 2013 atau
naik empat peringkat dibandingkan 2011.
"Peringkat daya saing Indonesia berada di urutan 70 atau naik empat tingkat dibandingkan 2011 berada di peringkat 74," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu di Jakarta, Senin (10/2/2014).
Mari mengatakan, meskipun terdongkrak naik empat peringkat, namun peringkat Indonesia masih berada di bawah negara tetangga seperti Singapura (peringkat 10), Malaysia (34) dan Thailand (43) yang unggul dalam hal infrastruktur.
"Daya saing Indonesia unggul dalam sumber daya alam yang berada pada peringkat 6 dan daya saing harga atau 'price for value' pada peringkat 9," kata Mari.
Mari juga menjelaskan bahwa kinerja pariwisata Indonesia 2013 cukup memuaskan, dengan meraih 8,8 juta wisman atau tumbuh 9,42 persen dengan perolehan devisa 10,05 miliar dollar AS meningkat 10,23 persen dibanding 2012.
"Peringkat daya saing Indonesia berada di urutan 70 atau naik empat tingkat dibandingkan 2011 berada di peringkat 74," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu di Jakarta, Senin (10/2/2014).
Mari mengatakan, meskipun terdongkrak naik empat peringkat, namun peringkat Indonesia masih berada di bawah negara tetangga seperti Singapura (peringkat 10), Malaysia (34) dan Thailand (43) yang unggul dalam hal infrastruktur.
"Daya saing Indonesia unggul dalam sumber daya alam yang berada pada peringkat 6 dan daya saing harga atau 'price for value' pada peringkat 9," kata Mari.
Mari juga menjelaskan bahwa kinerja pariwisata Indonesia 2013 cukup memuaskan, dengan meraih 8,8 juta wisman atau tumbuh 9,42 persen dengan perolehan devisa 10,05 miliar dollar AS meningkat 10,23 persen dibanding 2012.
Sumber
http://travel.kompas.com/read/2014/02/10/1635046/Indonesia.Peringkat.70.Daya.Saing.Pariwisata.Global